Tentang Unnes

Universitas Negeri Semarang(Unnes) adalah universitas konservasi. Konservasi memang telah menjadi visi kami. Lengkapnya, universitas konservasi bertaraf internasional yang sehat, unggul, dan sejahtera.

Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Semarang merupakan salah satu jurusan yang ada dalam fakultas ilmu pendidikan

Man Jadda Wa Jadda.

Siapa Yang Bersungguh-sungguh akan Berhasil.

Man Shabara Zhafira.

Siapa Yang Sabar Pasti Beruntung.

Man Saara Ala Darbi Washala.

Siapa Yang Berjalan Dijalan-Nya akan Sampai di Tujuan.

Rabu, 24 Desember 2014

Berpikir

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
    Berpikir  adalah suatu  kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun  tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.  Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
    Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.
   
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian dari Berpikir ?
2.    Bagaimana Proses Berpikir ?
3.    Apa  Konsep atau Pengertian dari Berpikir ?
4.    Bagaimana Cara Memperoleh Konsep atau Pengertian dari Berpikir ?
5.    Apa itu Problem Solving ?
6.    Thorndike vs Kohler ?
7.    Bagaimana Cara Penarikan Kesimpulan ?
8.    Apa itu Berpikir Kreatif ?
9.    Apa Saja Tingkatan – Tingkatan dalam Berpikir Kreatif  ?
10.    Bagaimana Sifat – Sifat Orang yang Berpikir Kreatif ?
11.    Apa Hambatan dalam Berpikir Kreatif ?


C.    Tujuan Penulisan :
1.    Untuk Mengetahui Apa Pengertian dari Berpikir
2.    Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Berpikir ?
3.    Untuk Mengetahui Apa  Konsep atau Pengertian dari Berpikir
4.    Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Memperoleh Konsep  dari Berpikir
5.    Untuk Mengetahui Apa itu Problem Solving
6.    Untuk Mengetahui Thorndike vs Kohler
7.    Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penarikan Kesimpulan
8.    Untuk Mengetahui Apa itu Berpikir Kreatif
9.    Untuk Mengetahui Apa Saja Tingkatan – Tingkatan dalam Berpikir Kreatif 
10.    Untuk Mengetahui Bagaimana Sifat – Sifat Orang yang Berpikir Kreatif
11.    Untuk Mengetahui Apa Hambatan dalam Berpikir Kreatif



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Berpikir
    Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang.     Perkembangan  ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko.
    Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi     dimulai. Kita      berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan  yang terganggu.
B.    Proses Berpikir
        Simbol-simbol yang di gunakan dalam berpikir pada umumnya  berupa kata – kata atau bahasa (language), karena itu sering di kemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa manusia dapat menciptakan ratusan , ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir begitu sempurna apabila di bandingkan dengan makhluk lain. Namun bahasa bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir,sebab masih ada lagi yang dapat di gunakan dalam proses berpikir yaitu bayangan atau gambaran (image). Bayangkan bahwa Anda ada di suatu tempat di sudut kota misalnya di Bulaksumur , dan Anda diminta datang di Kraton. Dalam kaitan ini Anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta, khususnya yang berkaitan dengan Bulaksumur dan kraton., dan menentukan jalan – jalan mana saja yang akan di tempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai di Kraton. Jadi di sini Anda mengginakan gambaran atau bayangan (image) yang merupakan visual map atau jga disebut sebagai cognitive map yang memberikan gambaran tentang keadaan yang di hadapi. Gambaran yang kita dapatkan itu perlahan akan dapat di klasifikasikan. Namun hal terbesar dalam proses berpikir ialah bahasa , karena bahasa biasa di gunakan seseorang untuk mengeluarkan hasil pemikirannya.
C.    Konsep Atau Pengertian
    Pengertian atau konsep merupakan  konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sesuatu objek atau kejadian. Misalnya pengertian manusia , merah , segitiga, belajar dan sebagainya. Dengan kemampaun manusia membentuk konsep atau pengertian memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda – benda atau kejadian – kejadian. Misalnya manusia dapat menggolongkan yang merah dan yang bukan merah , dapat menggolonhgkan manusia dan bukan manusia , demikisn juga yang lainnya. Karena itu konsep atau pengertian merupakan alat yang baik atau tepat dalam berpikir.
    Dalam pengertian atau konsep didapati ada beberapa macam konsep yaitu :
1.    Konsep – konsep atau pengertian yang sederhana (simple concept)
2.    Konsep –konsep yang kompleks
3.    Konsep konjungtif
4.    Konsep disjungtif
5.    Konsep relational

D.    Cara Memperoleh Konsep Atau Pengertian
    Untuk memperoleh konsep atau pengertian ada beberapa macam cara , yaitu dengan cara tidak sengaja dan dengan sengaja. Pengertian yang di peroleh dengan tidak sengaja , ini sering di sebut pengertian pengalaman . pengertian yang di peroleh dengan sengaja , yaitu usaha dengan sengaja untuk memperoleh pengertian atau konsep  yang kadang – kadang di sebut sebagai pengertian ilmiah. Maka pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran.
Prosedur memperolehnya berbeda dengan prosedur pada pengertian yang tidak di sengaja. Prosedurnya melalui beberapa tingkatan (missal untuk mendapat pengertian atau konsep mengenai gas).
1.    Tingkatan Analisis , yaitu tingkatan atau taraf orang mengadakan analisis terhadap bermacam – macam gas , dan masing – masing gas diteliti sifat – sifatnya , dan sifat itu di catat secara seksama.
2.    Tingkat mengadakan komperasi , yaitu tingkat yang mengkomperasikan sifat – sifat yang di peroleh satu dengan yang lain, di cari sifat yang umum dan sifat yang khususnya.
3.    Tingkat abstraksi, yaitu tingkat menyatukan sifat – sifat yang sama dan menyampingkan sifat-sifat yang tidak sama.
4.    Tingkat menyimpulkan, yaitu tingkat menarik kesimpulan setelah mengadakan abstraksi dan memberikan pengertian atau konsep bahwa “gas ituu benda yang selalu memenuhi tempatnya.”  

E.    Problem Solving
    Problem itu timbul apabila ada perbedaanatau konflik antara keadaan satu dngan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan atau juga disebut apabila ada jesenjangan antara das sein dan das sollen. Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu ada kaidah atau aturan (rules) yang akan membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. Aturan ini akan memberikan petunjuk untuk pemecahan masalah. Ada banyak aturan atau kaidah dalam pemecahan masalah. Ada dua hal yang pokok , yaitu aturan algoritma dan horistik.
    Algoritma merupakan suatu perangkat aturan , dan apabila aturan ini di ikuti dengan benar maka akan ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya.misalnya apabila seseorang harus mengalikan dua bilangan, maka apabila orang yang bersangkutan mengikuti aturan dalam hal perkaliandengan benar maka akan adanya jaminan oaring tersebut memperoleh hasil terhadap pemecahan masalahnya.
    Strategi umum horistik dalam menghadapi masalah , yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau di pecah pecah menjadi masalah – maslah yang lebih kecil , masing – masing mengarah pada atau mendekati pemecahannya.

F.    Thorndike Vs Kohler
    Thorndike mengadakan eksperiman dengan kucing yang di laparkan di taruh dalam sangkar yang tertutup , makanan di letakkan di luar sangkar , dan pitu dapat terbuka apabila krendel yang berhubungan dengan pitu itu di tarik atau tertarik. Eksperiman pertama , kucing berbuat sedemikan rupa , lari-lari , menggaruk-garuk dan sebagainya,hingga pada suatu waktu kucing menyentuh tali yang berhubungan dengan Grendel hingga pintu dapat terbuka ,dan kucing keluar menuju makanan yang ada di luar kandang atau sangkar. Percobaab dilakukan berkali-kali , dan tenyata makin lama makin berkurang waktu yang di gunakan kucing untuk keluar dari kandang untuk memperoleh makanan. Dari eksperimen ini Thorndike menarik kesimpulan bahwa dalam memecahkan problem yang di hadapi oleh kucing tersebut dengan cara coba – salah ( trial nd error). Adanya latihan mempercepat dalam pemecahan masalah.
    Kohler mengadakan eksperiman dengan menggunakan simpase . model eksperimannya seperti Thorndike , yaitu dengan cara simpase dilaparkan di taruh dalam kandang,dan diluar kandang di taruh makanan yang tidak dapat diambil dengan tangan saja , tetapi akan dapat diambil apabila simpase menggunakan tongkat(stick) yang disediakan oleh Kohler dalam kandang. Setelah beberapa kali simpase mencoba mengambil makanan dengan tangan tidak bisa  tetapi setelah simpase mengambil tongkat dan dengan tongkat tersebut simpase mengambil pisang dan ternyata dapat. Dari percobaan tersebut Kohler sampai pada kesimpulan bahwa dalam problem solving yang berperan adalah insight bukan coba – salah , sekalipun Kohler juga mengakui bahwa adanya coba – salah dalam eksperimennya khususnya yaitu dalam presolution , namun yang terpenting adalah insight atau pengertian.
    Menurut Kohler dalam eksperimen dengan menggunakan peti – peti yang harus di tata oleh simpase dalam rangka pencapaian makanan , ada dua problem yang di hadapi oleh simpase, yaitu : 1. Problem geometric (geometrical problem) ini mencakup problem kuantitas dan problem bentuk (form). 2. Problem static (statical problem).
Menurut Kohler problem geometric di pecahkan dengan secara insight,sedangkan problem static dipecahkan secara trial and error.(Woodworth,1951)
    Pemecahan masalah dengan insight itu mempunyai beberapa ciri, yaitu : 1. Pemecahan masalah di peroleh dengan tiba-tiba, 2. Apa yang telah di pelajari itu dapat diterapkan dalam problem yang mirip,adanya transfer positif (Morgan,1984), 3. Pada umumnya sedikit mengalami kesalahan(free from errors), dan  4. Dapat bertahan lama (Hergenhanh,1976).
    Bagaimana perbedaan proses pemecahan masalah antara eksperimen Thorndike dan Kohler. Pada eksperimen Thorndike dalam proses menuju pemecahan masalah adanya kemajuan yang berlangsung secara gradual , yaitu kemajuan secara berangsur-angsur yang menunjukkan dalam pemecahan masalah makin lama makin cepat. Pada eksperimen Kohler terdapat adanya penukikan yang tajam dari keadaan pencarian pemecahan masalah ke di perolehnya pemecahaan masalah.

G.    Cara Penarikan Kesimpulan
    Tujuan berpikir adalah untuk mencari pemecahan masalah yang di hadapi. Dalam penarikan kesimpulan orang dapat menempuh bemacam- macam cara, yaitu:
1.    Kesimpulan ynag ditarik atas dasa analogi.
    Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar kesamaan dari suatu peristiwa atau keadaan dengan peristiwa atau keadaan yang lain.
Dilihat dari jalannya berpikir ,kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus.
2.    Kesimpulan yang ditarik atas dasar induktif.
    Kesimpulan yang ditarik atas dasar induktif , yaitu kesimpulan yang ditarik dari peristiwa yang menuju ke hal yang bersifat umm,atau dari hal – hal yang khusus menuju ke hal yang bersifat umum.
3.    Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduktif.
    Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduktif, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar dari hal umum ke hal yang bersifat khusus atau peristiwa.
Salah satu bentuk penarikan kesimpulan secara deduktif ialah dengan silogisme. Penarikan kesimpulan dengan silogisme merupakn penarikan kesimpulan yangvtidak langsung, artinya menggunakan perantara. Pada silogisme didapati adanya tiga pendapat, yaitu 1. Pendapat pertama  yang mengandung pengertian umum yang disebut premis mayor, 2. Pendapat kedua yang mengandung pengertian khusus yang disebut premis minor, dan 3. Pendapat ketiga yaitu merupakan kesimpulan.Menarik kesimpulan dengan silogisme dapat mengalami kesalahan karena apabila premisnya salah maka kesimpulannya juga salah. Kesalahan dalam silogisme dapat 1. Kesalah formal, yaitu kesimpulan dalam bentuk, dalam segi urut-urutannya,dalam segi konstruksinya. 2. Kesalah material, yaitu kesalahan mengenai isi atau materinya.

H.    Berpikir Kreatif
    Inti dari berpikir adalah menemukan problem solving. Namun dalam maslah berpikir orang akan dapat menemukan sesuatu yang baru,yang sebelumnya mungkin belum terdapat. Hal ini dapat di jumpai dalam diri seseorang penulis cerita , ataupun pada seorang ilmuwan. Dengan berpikir kreatif orang menciptakan sesuatu yang baru , timbul atau munculnya hal baru tersebut secara tiba – tiba ini berkaitan dengn insight. Sebenarnya apa yang telah dipikirkan itu telah berlangsung , namun belum memperoleh sesuatu pemecahan, dan masalah itu tidak hilang sama sekali , tetapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang pada suatu waktu memperoleh  pemecahannya.

I.    Tingkatan – Tingkatan dalam Berpikir Kreatif
    Dalam berpikir kreatif ada beberapa tingkatan atau stages sam[ai seseoarang memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatan – tingkatan itu adalah :
1.    Persiapan (preparation).,yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah,dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang di pandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru.
2.    Tingkat inkubasi,yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseoarang,karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3.    Tingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah , orang secara tiba-tiba memperoleh pemecahan masalah tersebut.
4.    Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang di peroleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak.
5.    Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang di perolehnya.


J.    Sifat – Sifat Orang yang Berpikir Kretif
    Orang yang berpikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya memperoleh original person, yaitu :
1.    Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks.
2.    Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas.
3.    Dalam judgment-nya lebih mandiri.
4.    Dominan dan lebih besar pertahanan diri.
5.    Menolak suppression sebagai mekanisme control.

K.    Hambatan dalam Proses Berpikir
     Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah,sering seseorang menghadapi hambatan – hambatan dalam proses berpikirnya. Misalnya memecahkan masalah 6x7 akan jauh lebih mudah apabila di bandingkan dengan memecahkan masalah statistika. Hambatan – hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena :
a.  Data yang kurang sempurna , sehingga masih banyak lagi yang harus di peroleh.
b. Data yang ada dalam keadaan confuse,data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep    (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Simbol-simbol yang di gunakan dalam berpikir pada umumnya  berupa kata – kata atau bahasa (language), karena itu sering di kemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang erat.
B.    Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran bagi masyarakat sehingga manusia bisa mempergunakan akal fikiran yang sudah dianugrahkan dengan sebaik baiknya agar bisa menghasilkan kreativita kreativitas yang luar biasa.


DAFTAR PUSTAKA
http://ayyundud.blogspot.co.uk/2012/04/makalah-psikologi-umum-berpikir.html
Walgito, Bimo, 2005. Pengantar Psikologi Umum.C.V andi offset : Yogyakarta   






Negeri 5 menara

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalakan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berleleh-lelahlah,manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih,jika tidak ,kan keruh menggenang.

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran.

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan kepadanya dan enggan memandangnya.

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasanya jika di dalam hutan .


                                            Imam Syafi’i
                                              (767-820 M)

Rabu, 17 Desember 2014

Sistem Pendidikan Nasional



                         


SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
MAKALAH INI DIAJUKAN GUNA MELENGKAPI MATA KULIAH UMUM
PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : 
Disusun oleh :
Sri Wahyuni                (1201414023)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG





BAB I
PENDAHULUAN
1.       Latar Belakang
                Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Sstem pendidikan nasional masing-masing sebuah Negara terletak pada kebudayaan dan nilai-nilai bangsa itu sendiri dan berkembang melalui sejarah sehingga dapat memberikan warna dalam seluruh gerak hidup suatu bangsa.
                Sistem pendidikan nasional yang diterapkan di Indonesia berdasarkan kepada kebudayaan bangsa dan berdasarkan pada pancasila,serta UUD 1945 sebagai nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Kalau kita melihat sistem pendidikan nasional yang sekarang ,terutama di Negara kita ini masih sangat perlu perbaikan baik dari segi kelembagaan,program,dan pengelolaan pendidikannya,sehingga terwujudnya sistem pendidikan nasional yang lebih baik.

2.       Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat Rumusan Masalah sebagai berikut :
A.      Apa Definisi dari Sistem Pendidikan Nasional ?
B.      Apa Hakikat, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional ?
C.      Bagaimana Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan ?

3.       Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan diatas,tujuan penulisan makalah adalah :
A.      Untuk mengetahui Apa Definisi dari Sistem Pendidikan Nasional
B.      Untuk mengetahui Apa Hakikat, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional
C.      Untuk mengetahui Bagaimana Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan










Bab II
PEMBAHASAN
A.      DEFINISI
1.       Pendidikan
                Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri ,kepribadian,akhlak mulia ,serta kemampuan yang di perlukan Dirinya,Masyarakat,Bangsa dan Negara.
2.       Pendidikan Nasional
        Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 2 yang di maksud pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama ,kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.
3.       Sistem Pendidikan Nasional
        Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti adalah cara atau strategi. Dalam bahasa Inggris system berarti system “jaringan,susunan,cara.” System juga diartikan “suatu strategi atau cara berpikir.”
        Sedangkan kata pendidikan itu berasal dari kata “pedagogi” kata tersebut berasal dari bahasa Yunani Kuno,yang jika dieja menjadi 2 kata yaitu paid yang artinya Anak dan Agagos yang artinya membimbing. Jadi bisa disimpulkan bahwa system pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan di pakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif menurut UU No. 20 tahun 2003 Ayat 3 yang dimaksud sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait seacara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

B.      HAKIKAT , FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
                Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri ,kepribadian,akhlak mulia ,serta kemampuan yang di perlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan Negara.
                Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manuia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia ,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
                Sehubungan dengan hal itu ,untuk mengetahui relevansi dan arah yang hendak dituju antara UU No.20 Tahun 2003 dengan TAP MPR No. IV/MPR 1999 sub E tentang pendidikan yang merupakan arah dari kebijakan pemerintah ,maka perlu ditampilkan butir-butir yang meliputi:
1)      Mengupayakan perluasaan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti;
2)      Meningkatkan kemampuan akademik dan professional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan,sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan;
3)      Melakukan pembaruaan sistem pendidikan termasuk sistem pembaruan kurikulum,berupa diversivikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan local sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara professional;
4)      Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai,sikap,dan kemampuan serta meningkatkan partisipasi kelurga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai;
5)      Melakukan pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi,otonomi keilmuan , dan manajemen;
6)      Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk mementapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan ,teknologi dan seni;
7)      Mengembangkan sumberdaya manusia sedini mungkin secara terarah , terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya profokatif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya;
                Melalui pencermatan keduanya yakni UU No. 20 Tahun 2003 dan TAP MPR No. IV/MPR/1999,maka dapat diketahui sampai sejauh mana amanat keduanya dapat terwujud.

C.      KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN.
                Kelembagaan ,Program dan Pengelolaan pendidikan pada dasarnya merupakan bagian
dari sistem secara keseluruhan . oleh karena itu terlebih dahulu perlu di ketahui tentang apa yang di maksud dengan sistem pendidikan. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Ayat 3 yang dimaksud sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait seacara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
        Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai bilamana didukung oleh semua komponen yang ada dalam sistem yang bersangkutan. Untuk memahami bagaimana keberadaan masing-masing komponen tersebut sebagai bagian dari keseluruhan sistem pendidikan nasional, maka berikut ini hendak di bahas mengenai jalur ,jenjang dan jenis pendidikan.


1.       Jalur Pendidikan
                Kegiatan pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur sebagaimana yang tertueng dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 yang secara lengkap berbunyi: “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang saling dapat melengkapi dan memperkaya.”
       Beberapa ciri yang berkaitan dengan proses pendidikan dalam keluarga ( informal ).
1.       Kegiatan pendidikan informal yang di lakukan oleh keluarga.
2.       Proses pendidikan ini terjadi di mana saja, kapan saja tidak terikat tempat dan waktu.
3.       Tidak mengenal persyaratan usia.
4.       Tidak menggunakan metode yang komplikatif.
5.       Bahan belajarnya berisi pengetahuan yang mudah di pahami dan mudah di terapkan.
Karakteristik lain dari lembaga pendidikan informal adalah bahwa pendidikan informal sama sekali tidak terorganisasikan secara structural, tidak terdapat perjenjangan secara kronologis, tidak mengenal adanya kredensial,lebih merupakan hasil pengalaman belajar individual-mandiri,dan pendidikannya tidak terjadi di dalam“medan interaksi belajar-mengajar buatan” sebagaimana pada pendidikan formal dan nonformal.
                        Pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh secara teratur, sistematis,bertingkat dan memiliki syarat yang jelas. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah , pendidikan tinggi, sedangkan jenis pendidikannya terwujud dalam pendidikan umum , akademik, profesi, keagamaan , dan pendidikan khusus.
       Dalam pendidikan formal ini ditemukan beberapa ciri karakteristik sebagai berikut :
1.       Kegiatan belajarnya diselenggarakan di dalam kelas.
2.       Terdapat persyaratan usia dan pengelompokan usia kedalam kelas atau tingkat tertentu.
3.       Terdapat perbedaan tegas antara pendidik dan pesrta didik.
4.       Waktu belajarnya di atur dan di kendalikan dengan jadwal yang sudah dirancang sebelumnya.
5.       Materi belajarnya disusun dalam kurikulum.
6.       Masa studi terhitung cukup lama dan memerlukan biaya yang cukup mahal.
7.       Ada penghargaan yang di berikan dalam bentuk kredensial,ijasah,atau sertifikat bagi peserta didik yang menamatkan pendidikannya.
8.       Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah dan swasta.


                Pendidikan nonformal ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.       Program kegiatannya di sesuaikan dengan tuntunan pemenuhan kebutuahn peserta didik yang sifatnya mendesak dan memerlukan pemecahan sesegera mungkin.
2.       Materi pembelajarannya praktis agar bisa langsung di manfaatkan.
3.       Waktu belajarnya singkat dalam arti dapat diselesaikan dengan cepat.
4.       Tidat banyak menelan biaya .
5.       Tidak mengutamakan kridensial dalam bentuk ijasah atauoun sertifikat.
6.       Usia tidak menjadi persoalaan.
7.       Tidak mengenal kelas atau tingkatan secara kronologis.
8.       Waktu dan tempat belajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik dan lingkungannya.
2.       Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik ,tujuan yang akan di capai dan kemampuan yang akan dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar , pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Ø  Pendidikan dasar
Diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Ø  Pendidikan Menengah
Diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social,budaya alam serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.
Ø  Pendidikan Tinggi
Diselenggarakan untuk menyiapakan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan , mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan ,teknologi, dan kesenian.
3.       Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan ,dan khusus.
·         Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperluaskan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
·         Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
·         Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
·         Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan peserta didik untuk memeiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
·         Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapakan karena peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
·         Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar,menengah, tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tenteng ajaran agama .
·         Pendidikan khusus merupakan penyelenggraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memeiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar atau menengah.

4.       Kurikulum Pendidikan
                Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan , kebutuhan pembangunan nasional ,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
                                Isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :
1.      Pendidikan pancasila
2.      Pendidikan agama ;
3.      Pendidikan kewarganegaraan
4.      Bahasa
5.      Matematika
6.      Ilmu pengetahuan alam
7.      Ilmu pengetahuan social
8.      Seni dan budaya
9.      Pendidikan jasmani dan olah raga
10.  Keterampilan atau keguruan ; dan
11.  Muatan local.
Pasaribu dan simanjuntak mengemukakan bahwa dalam menyusun kurikulum perlu di perhatikan :
v  Dasar dan tujuan sistem pendidikan nasional
v  Dasar dan tujuan khusus lembaga – lembaga pendidikan di dalam pendidikan nasional
v  Tujuan kurikuler komponen- komponen pendidikan
v  Tujuan dan struktur instruksional/pengajaran
v  Keperluan pembaruan di dalam aspek – aspek isi, orientai,komposisi, metode, bimbingan dan sistem evaluasi ; serta
v  Tahap – tahap perkembangan peserta didik.

5.       Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional
Penanggungjawb pendidikan nasional adalah presiden ,sedangkan pengelolaannya diatur sebagai berikut :
§  Pengelolaan sistem pendidikan nasional pada umumnya diserahkan kepada presiden kepada departemen /menteri yang bertanggung jawab atas pendidikan.
§  Dalam hal tertentu ,pengelolaan pendidikan nasional yang mengandung kekhususan ,diantara keagamaan dan kedinasan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, diserahkan oleh presiden kepada departemen/ badan pemerintahan lainnya.

§  Dalam mengelola pendidikan nasional yang anggotanya, antara lain terdiri dari wakil-wakil pengelola dan unsur-unsur masyarakat. Dewan pendidikan nasional berfungsi sebagai penasihat presiden untuk masalah- masalah pendidikan nasional,  juga penasihat badan kerjasama antara pengelola pendidikan nasional.

       





Bab III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
                Sistem pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan di pakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif menurut UU No. 20 tahun 2003 Ayat 3 yang dimaksud sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait seacara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
                                Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manuia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia ,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
                                Tujuan pendidikan nasional akan tercapai apabila semua komponen yang ada dalam sistem pendidikan nasional saling mendukung. Kelembagaan pendidikan membahas mengenai jalur, jenjang ,dan jenis pendidikan. Konsep sistem pendidikan nasional direalisir melalui kurikulum, kurikulum berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas suatu pendidikan yang bersangkutan.




DAFTAR PUSTAKA


Kontak

UPT Pusat Humas Gedung H Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Phone : (024) 8508093 Email : humas@mail.unnes.ac.id