BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motivasi, kognitif
dan sosio affektif membuat individu dinamis dan mengembangkan sifat-sifat yang
menggerakkan proses pertumbuhan sepanjang hidup. Pertanyaan penting dalam
analisis ini apakah proses perkembangan dapat menerima perubahan sebagai akibat
pengelolaan disengaja dan strukturisasi pengalaman sepanjang urutan
perkembangan kejiwaan dengan jenis persekolahan yang dialami seseorang jika
tidak ada hubungan seperti itu pembicaraan tentang perbedaan organisasi kurikulum
seluruhnya akan menjadi sia-sia? Dengan alasan itu tepat untuk ditanyakan
apakah perkembangan kejiwaan dipengaruhi oleh jenis pengalaman yang berbeda
atau apakah jalanya perkembangan sudah di tetukan sebelumnya dan tidak dapat
diletakkan jika perkembangan mengikuti built in blue print akan sedikit sekali
berbeda point dalam mendesain system pendidikan yang berbeda .
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana implikasi pendidikan
seumur hidup pada kurikulum pelajar
seumur hidup ?
2.
Bagaimana dapatkah sekolah
mengembangkan pelajar seumur hidup ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui implikasi pendidikan
seumur hidup pada kurikulum pelajar
seumur hidup.
2.
Mengetahui dapatkah sekolah
mengembangkan pelajar seumur hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
IMPLIKASI
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PADA KURIKULUM PELAJAR
SEUMUR HIDUP
Pelajar seumur hidup yaitu
seorang yang belajar dari pengalaman dan belajar seumur hidup. Salah satu
implikasi pendidikan seumur hidup ialah peranan dan keterampilan guru
diharapkan berubah dan ide tentang siapa yang disebut guru itu akan diperluas. Pelajar
seumur hidup dapat dilihat secara kejiwaan dalam segi intelektual, kognitif dan
motivasi/sosio efektif.
Dalam domain intelektual dan
kognitif, bahkan berfungsi untuk menganalisis konsep pendidikan seumur hidup
dan outline jalannya pertumbuhan kejiwaan. Pelajar seumur hidup menganggap
bahwa pendidikan adalah segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman dan
berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sekarang berfungsi sebagai basis untuk
pertumbuhan kognitif (pengetahuan) berikutnya. Pelajar akan menghubungkan
informasi baru ke dalam kerangka umum yang sudah ada, dan terus menerus
mengintergrasikan pengetahuan barunya ke dalamnya.
Dalam pembicaran motivasi,
pelajar seumur hidup adalah seorang yang mengembangkan kemampuan untuk dapat
dimotivasi secara positif oleh kebutuhan agar belajar lebih banyak. Motivasi
positif itu dapat dilihat tidak pada tingkat urutan usia dalam diri individu
tertentu disebut integeritas vertical. Juga dapat dilihat menifestasi motivasi
positif terhadap belajar dalam banyak lingkungan kehidupan disebut intergeritas
horizontal yaitu integrasi antara
pendidikan dengan sebagian besar aspek kehidupan, seperti rumah, pekerjaan,
waktu senggang. Pelajar seumur hidup akan terus menerus mencari perubahan,
sesuatu dan pertumbuhan person. Dijalankan dengan sengaja, teratur dan
berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi dirinya berupa sikap,
tindak dan karya tanpa bantuan orang dalam upaya untuk memperoleh lapangan
pekerjaan dan untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya .
Dalam domain sosio affektif,
pelajar seumur hidup diharapkan untuk melihat diri mereka sendiri sebagai
pelajar seumur hidup secara vertical, dan juga dalam hubungannya dengan
bermacam segi kehidupan secara horizontal. Belajar berkelanjutan akan memperbaiki
image sendiri, dan akan melahirkan pengalaman-pengalaman emosional positif
dalam hubungannya dengan teman-temannya, mereka akan tertarik untuk memainkan
peranan social baru bersedia untuk meninggalkan status social yang sudah mapan
untuk mengembangkan keanggotaan kelompok baru dan sebagainya.
B.
DAPATKAH SEKOLAH
MENGEMBANGKAN PELAJAR SEUMUR HIDUP
Motivasi, kognitif dan sosio
affektif membuat individu dinamis dan mengembangkan sifat-sifat yang
menggerakkan proses pertumbuhan sepanjang hidup. Mengenai dapat tidaknya
sekolah dalam mengembangkan pelajar seumur hidup dapat kita lihat dari
pembahasan berikut:
Sifat Kejiwaan
Pelajar Seumur Hidup
Pelajar seumur hidup harus:
1.
Kognitif (pengetahuan) nya
diperlengkapi dengan baik
-
Kenalnya dengan bermacam-macam disiplin
dan keterampilan
-
Kenal dengan struktur pengetahuan
tidak hanya sekedar fakta
-
Trampil mengadapi alat-alat
belajar dan struktur disiplin terhadap tugas-tugas baru
-
Sadar adanya hubungan antara
ketrampilan kognitif dan kehidupannya nyata
2.
Mempunyai kemampuan yang tinggi
untuk didik
-
Memiliki strategi belajar yang
berbeda –beda
-
Dapat belajar dalam keadaan yang
berbeda-beda
-
Diperlengkapi dengan ketrampilan
belajar dasar yang baik
-
Trampil dalam menggunakan banyak
macam belajar
-
Trampil dalam mengidentifikasi
kebutuhan belajarnya
3.
Termotivasi untuk menjalankan
proses belajar seumur hidup
-
Sadar akan kecepatan perubahan
dan efeknya terhadap kehidupan social pengetahuan dan ketrampilan kerja
-
Sadar bahwa sekolah formal hanya
permulaan belajar dalam kehidupan
-
Sadar akan tanggung jawab pribadi
untuk memperoleh pengetahuan baru keterampilan dan sikap
-
Sadar akan sebagai alat penting
untuk pertumbuhan pribadi dan masyarakat
Lingkungan Dan
Perkembangan Kejiwaan
Pada tahun 1973 Hunt berpendapat
mengenai pemikiran kejiwaan modern yang menopang pendapat bahwa jalannya
perkembangan relative sudah dilakukan
meskipun para penulis seperti Galton pada tahun 1869 mengakui efek
pengalaman pada pertumbuhan kejiwaan namun terdapat kepercayaan sangat kuat
bahwa potensi orang untuk bervariasi sebagai akibat pengalaman sangat sedikit
sekali dengan kata lain lingkungan dipercaya dapat menyebabkan sedikit
pembelokan jalanya perkembangan yang sudah ditetapkan oleh Heredy pandangan ini
termasuk apa yang dikatakan Hunt sebagai kepercayaan “predetermined
development”.
Sebelum perang dunia ke dua
bukti-bukti mulai dikumpulkan untuk menunjukan bahwa perkembangan jauh dari
yang sudah ditentukan dan diasosiasikan dengan perubahan drastis pada
performance intelektual anak-anak yang mengalami perubahan sangat besar.
Kondisi lingkungan mereka tinggal dalam
tahun terakhir menunjukan ketidakadaan pergaulan social pada hari-hari
pertama kehidupan menyebabkan tidak adanya
simpati dan kerusakan social pada anak-anak kecil. Ketidakadaan pengalaman
social akan berakibat kekurangan kemampuan visual secara permanen dan sebagainya. Perkembangan kejiwaan dapat di
modifikasi oleh pengalaman. Hunt mengatakan pentingnya pengalaman pada
tahun-tahun permulaan kehidupan manusia bagi pembentukan perkembangan di masa
mendatang.
Bukti adanya plastisitas
perkembangan sekarang ini sangat kuat sekali. Plastisitas meliputi rentangan
fungsi kejiwaan yang sangat luas. Hunt menunjukkan perkembangan secara jelas
bahkan sangat mendasar tentang kemampuan kognitif yaitu pemahaman anak terhadap
objek eksterrnal yang ada, bahkan ketika objek itu tidak dapat dilihat. Kemampuan
kognitif berhubungan erat sekali dengan menguasai kehidupan lingkungan yang
memberikan kesempatan untuk mengusai ketrampilan kognitif. Dengan demikian keterampilan
kognitif seseorang tidak akan berkembang dengan baik jika tidak ada kesempatan
untuk mengembangkannya.
Berapa lama
plastisitas berlangsung merupakan salah satu pertanyaan penting untuk teori
pendidikan seumur hidup dan issu kunci yang berhubungan erat sekali adalah
tentang tingkat kelangsungan plastisitas pada usia tertentu dibandingkan dengan
jumlah maksimum. plastisitas yang pernah ada. Koes Tlen pada tahun 1964
mengemukakan bahwa seluruh proses perkembangan dari saat konsepsi dan seluruh
pengalaman dan adaptasi berikutnya merupakan hilangnya plastisitas. Hunt pada
tahun 1973 menyimpulkan bahwa plastisitas berlangsung seumur hidup, tetap ada
bahkan sampai tua renta. Perkembangan kemampuan intelektual menyatakan terdapat
pertumbuhan yang cepat pada usia awal kehidupan anak-anak, puncak pertumbuhan
relatif pada usia muda, setelah itu mengalami periode pertumbuhan yang stabil
dan akhirnya pertumbuhan merosot dengan cepat pada usia dewasa lanjut.
Plastisitas Periode
Kritis dan Interaksi
Plastisitas adalah konsep utama
dalam pendidikan konsep pendidikan sebagai alat untuk mengembangkan individu
yang belajar selama hidupnya. Kepercayaan adanya periode kritis menyatakan
bahwa terdapat tingkat usia dimana jenis pengalaman tertentu akan berefek
maksimum terhadap anak-anak yang sedang berkembang. Kepercayaan akan adanya
jumlah besar periode kritis dalam usia persekolahan konvensional, barangkali
menjadi salah satu artikel kepercayaan implist dalam organisasi pendidikan
sekarang. Terdapat alasan kuat untuk mempercayai bahwa paling tidak fenomena
adanya sesuatu seperti periode kritis dapat dilihat besar dalam perkembangan
kejiawaan manusia.
Ketidakadaan pengalaman yang didapat
pada tahun-tahun sebelumnya akan membawa kerusakan permanen dan tidak dapat
ditolak dalam tingkah laku. Serupa dengan itu anak –anak yang terpisahkan dari
figur seorang ibu selama periode tertentu dalam tahun-tahun pertama kehidupan
menunjukkan krusakan permanen untuk menciptakan hubungan social (1966).
Seperti
study dalam Pieget yang dilanjutkan oleh Berner dalam bidang perkembangan
kognitif muncul unsur perkembangan kejiwaan yang amat penting. Unsur itu dinyatakan sebagai
fenomena interaksi. Jelas bahwa tidak hanya jalan perkembangan kejiwaan secara
drastis yang dipengaruhi oleh pengalaman, tetapi pengalaman pada suatu tingkah
usia berikutnya juga mempengaruhi kejiwaan .
Model Pengaruh Guru
Guru merupakan
aspek penting dalam persekolahan yang bisa mempengaruhi perkembangan secara
langsung melalui pola penghargaan dan hukuman dalam merespon jenis tingkah laku
murid yang berbeda-beda. Cara guru berdiskusi juga mempengaruhi tingkah laku
murid. Guru dapat menetapkan iklim yang dapat membantu sikap dan tingkah laku
tertentu serta menekan yang lainnya. Pertama-tama motivasi belajar, bahwa
belajar adalah aktivitas yang berharga, konsep di sekolah sebagai
instruksi yang dapat menolong. Kedua,
faktor-faktor kognitif sekarang sudah dikembangkan dengan pesat pada waktu
anak-anak masuk sekolah. Namun, dalam system pendidikan sekarang aspek bukan kognitif
tidak banyak dimodifikasi oleh pengalaman di sekolah dengan kata lain, sikap,
motivasi dan aspek yang menjadi sumber utama perbedaan prestasi murid diperoleh
dari luar sekolah.
BAB II
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpukan bahwa salah satu
implikasi pendidikan seumur hidup ialah peranan dan keterampilan guru
diharapkan berubah dan ide tentang siapa yang disebut guru itu akan diperluas. Pelajar
seumur hidup dapat dilihat secara kejiwaan dalam segi intelektual, kognitif dan
motivasi/sosio efektif. Dalam sistem pendidikan sekarang, sikap, motivasi dan
aspek yang menjadi sumber utama perbedaan prestasi murid diperoleh dari luar
sekolah.
B. Saran
Pelajar seumur
hidup diharapkan untuk melihat diri mereka sendiri sebagai pelajar seumur hidup
secara vertical, dan juga dalam hubungannya dengan bermacam segi kehidupan
secara horizontal. Selain itu, sekolah, keluarga dan masyarakat diharapkan
mampu memberikan wadah atau kesempatan bagi anak untuk dapat mengembangkan
keterampilan kognitif.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tulis Komentar dengan Bahasa yang Sopan :) Kata-katamu adalah cerminan Dirimu