Rabu, 17 Desember 2014

Implikasi pendidikan Seumur Hidup Pada Kurikulum Pelajar Seumur hidup



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Motivasi, kognitif dan sosio affektif membuat individu dinamis dan mengembangkan sifat-sifat yang menggerakkan proses pertumbuhan sepanjang hidup. Pertanyaan penting dalam analisis ini apakah proses perkembangan dapat menerima perubahan sebagai akibat pengelolaan disengaja dan strukturisasi pengalaman sepanjang urutan perkembangan kejiwaan dengan jenis persekolahan yang dialami seseorang jika tidak ada hubungan seperti itu pembicaraan tentang perbedaan organisasi kurikulum seluruhnya akan menjadi sia-sia? Dengan alasan itu tepat untuk ditanyakan apakah perkembangan kejiwaan dipengaruhi oleh jenis pengalaman yang berbeda atau apakah jalanya perkembangan sudah di tetukan sebelumnya dan tidak dapat diletakkan jika perkembangan mengikuti built in blue print akan sedikit sekali berbeda point dalam mendesain system pendidikan yang berbeda .
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana implikasi pendidikan seumur hidup pada kurikulum pelajar  seumur hidup ?
2.      Bagaimana dapatkah sekolah mengembangkan pelajar seumur hidup ?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui implikasi pendidikan seumur hidup pada kurikulum pelajar  seumur hidup.
2.      Mengetahui dapatkah sekolah mengembangkan pelajar seumur hidup.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PADA KURIKULUM PELAJAR  SEUMUR HIDUP
Pelajar seumur hidup yaitu seorang yang belajar dari pengalaman dan belajar seumur hidup. Salah satu implikasi pendidikan seumur hidup ialah peranan dan keterampilan guru diharapkan berubah dan ide tentang siapa yang disebut guru itu akan diperluas. Pelajar seumur hidup dapat dilihat secara kejiwaan dalam segi intelektual, kognitif dan motivasi/sosio efektif.
Dalam domain intelektual dan kognitif, bahkan berfungsi untuk menganalisis konsep pendidikan seumur hidup dan outline jalannya pertumbuhan kejiwaan. Pelajar seumur hidup menganggap bahwa pendidikan adalah segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sekarang berfungsi sebagai basis untuk pertumbuhan kognitif (pengetahuan) berikutnya. Pelajar akan menghubungkan informasi baru ke dalam kerangka umum yang sudah ada, dan terus menerus mengintergrasikan pengetahuan barunya ke dalamnya.
Dalam pembicaran motivasi, pelajar seumur hidup adalah seorang yang mengembangkan kemampuan untuk dapat dimotivasi secara positif oleh kebutuhan agar belajar lebih banyak. Motivasi positif itu dapat dilihat tidak pada tingkat urutan usia dalam diri individu tertentu disebut integeritas vertical. Juga dapat dilihat menifestasi motivasi positif terhadap belajar dalam banyak lingkungan kehidupan disebut intergeritas horizontal yaitu integrasi antara pendidikan dengan sebagian besar aspek kehidupan, seperti rumah, pekerjaan, waktu senggang. Pelajar seumur hidup akan terus menerus mencari perubahan, sesuatu dan pertumbuhan person. Dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi dirinya berupa sikap, tindak dan karya tanpa bantuan orang dalam upaya untuk memperoleh lapangan pekerjaan dan untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya .
Dalam domain sosio affektif, pelajar seumur hidup diharapkan untuk melihat diri mereka sendiri sebagai pelajar seumur hidup secara vertical, dan juga dalam hubungannya dengan bermacam segi kehidupan secara horizontal. Belajar berkelanjutan akan memperbaiki image sendiri, dan akan melahirkan pengalaman-pengalaman emosional positif dalam hubungannya dengan teman-temannya, mereka akan tertarik untuk memainkan peranan social baru bersedia untuk meninggalkan status social yang sudah mapan untuk mengembangkan keanggotaan kelompok baru dan sebagainya.
B.     DAPATKAH SEKOLAH MENGEMBANGKAN PELAJAR SEUMUR HIDUP
Motivasi, kognitif dan sosio affektif membuat individu dinamis dan mengembangkan sifat-sifat yang menggerakkan proses pertumbuhan sepanjang hidup. Mengenai dapat tidaknya sekolah dalam mengembangkan pelajar seumur hidup dapat kita lihat dari pembahasan berikut:
Sifat Kejiwaan Pelajar Seumur Hidup
Pelajar seumur hidup harus:
1.      Kognitif (pengetahuan) nya diperlengkapi dengan baik
-          Kenalnya dengan bermacam-macam disiplin dan keterampilan
-          Kenal dengan struktur pengetahuan tidak hanya sekedar fakta
-          Trampil mengadapi alat-alat belajar dan struktur disiplin terhadap tugas-tugas baru
-          Sadar adanya hubungan antara ketrampilan kognitif dan kehidupannya nyata
2.      Mempunyai kemampuan yang tinggi untuk didik
-          Memiliki strategi belajar yang berbeda –beda
-          Dapat belajar dalam keadaan yang berbeda-beda
-          Diperlengkapi dengan ketrampilan belajar dasar yang baik
-          Trampil dalam menggunakan banyak macam belajar
-          Trampil dalam mengidentifikasi kebutuhan belajarnya
3.      Termotivasi untuk menjalankan proses belajar seumur hidup
-          Sadar akan kecepatan perubahan dan efeknya terhadap kehidupan social pengetahuan dan ketrampilan kerja
-          Sadar bahwa sekolah formal hanya permulaan belajar dalam kehidupan
-          Sadar akan tanggung jawab pribadi untuk memperoleh pengetahuan baru keterampilan dan sikap
-          Sadar akan sebagai alat penting untuk pertumbuhan pribadi dan masyarakat

Lingkungan Dan Perkembangan Kejiwaan
Pada tahun 1973 Hunt berpendapat mengenai pemikiran kejiwaan modern yang menopang pendapat bahwa jalannya perkembangan relative sudah dilakukan  meskipun para penulis seperti Galton pada tahun 1869 mengakui efek pengalaman pada pertumbuhan kejiwaan namun terdapat kepercayaan sangat kuat bahwa potensi orang untuk bervariasi sebagai akibat pengalaman sangat sedikit sekali dengan kata lain lingkungan dipercaya dapat menyebabkan sedikit pembelokan jalanya perkembangan yang sudah ditetapkan oleh Heredy pandangan ini termasuk apa yang dikatakan Hunt sebagai kepercayaan “predetermined development”.
Sebelum perang dunia ke dua bukti-bukti mulai dikumpulkan untuk menunjukan bahwa perkembangan jauh dari yang sudah ditentukan dan diasosiasikan dengan perubahan drastis pada performance intelektual anak-anak yang mengalami perubahan sangat besar. Kondisi lingkungan  mereka tinggal dalam tahun terakhir menunjukan ketidakadaan pergaulan social pada hari-hari pertama  kehidupan menyebabkan tidak adanya simpati dan kerusakan social pada anak-anak kecil. Ketidakadaan pengalaman social akan berakibat kekurangan kemampuan visual secara permanen  dan sebagainya. Perkembangan kejiwaan dapat di modifikasi oleh pengalaman. Hunt mengatakan pentingnya pengalaman pada tahun-tahun permulaan kehidupan manusia bagi pembentukan perkembangan di masa mendatang.
Bukti adanya plastisitas perkembangan sekarang ini sangat kuat sekali. Plastisitas meliputi rentangan fungsi kejiwaan yang sangat luas. Hunt menunjukkan perkembangan secara jelas bahkan sangat mendasar tentang kemampuan kognitif yaitu pemahaman anak terhadap objek eksterrnal yang ada, bahkan ketika objek itu tidak dapat dilihat. Kemampuan kognitif berhubungan erat sekali dengan menguasai kehidupan lingkungan yang memberikan kesempatan untuk mengusai ketrampilan kognitif. Dengan demikian keterampilan kognitif seseorang tidak akan berkembang dengan baik jika tidak ada kesempatan untuk mengembangkannya.
            Berapa lama plastisitas berlangsung merupakan salah satu pertanyaan penting untuk teori pendidikan seumur hidup dan issu kunci yang berhubungan erat sekali adalah tentang tingkat kelangsungan plastisitas pada usia tertentu dibandingkan dengan jumlah maksimum. plastisitas yang pernah ada. Koes Tlen pada tahun 1964 mengemukakan bahwa seluruh proses perkembangan dari saat konsepsi dan seluruh pengalaman dan adaptasi berikutnya merupakan hilangnya plastisitas. Hunt pada tahun 1973 menyimpulkan bahwa plastisitas berlangsung seumur hidup, tetap ada bahkan sampai tua renta. Perkembangan kemampuan intelektual menyatakan terdapat pertumbuhan yang cepat pada usia awal kehidupan anak-anak, puncak pertumbuhan relatif pada usia muda, setelah itu mengalami periode pertumbuhan yang stabil dan akhirnya pertumbuhan merosot dengan cepat pada usia dewasa lanjut.
Plastisitas Periode Kritis dan Interaksi
Plastisitas adalah konsep utama dalam pendidikan konsep pendidikan sebagai alat untuk mengembangkan individu yang belajar selama hidupnya. Kepercayaan adanya periode kritis menyatakan bahwa terdapat tingkat usia dimana jenis pengalaman tertentu akan berefek maksimum terhadap anak-anak yang sedang berkembang. Kepercayaan akan adanya jumlah besar periode kritis dalam usia persekolahan konvensional, barangkali menjadi salah satu artikel kepercayaan implist dalam organisasi pendidikan sekarang. Terdapat alasan kuat untuk mempercayai bahwa paling tidak fenomena adanya sesuatu seperti periode kritis dapat dilihat besar dalam perkembangan kejiawaan manusia.
Ketidakadaan pengalaman yang didapat pada tahun-tahun sebelumnya akan membawa kerusakan permanen dan tidak dapat ditolak dalam tingkah laku. Serupa dengan itu anak –anak yang terpisahkan dari figur seorang ibu selama periode tertentu dalam tahun-tahun pertama kehidupan menunjukkan krusakan permanen untuk menciptakan hubungan social (1966).
            Seperti study dalam Pieget yang dilanjutkan oleh Berner dalam bidang perkembangan kognitif muncul unsur perkembangan kejiwaan yang amat  penting. Unsur itu dinyatakan sebagai fenomena interaksi. Jelas bahwa tidak hanya jalan perkembangan kejiwaan secara drastis yang dipengaruhi oleh pengalaman, tetapi pengalaman pada suatu tingkah usia berikutnya juga mempengaruhi kejiwaan .
Model Pengaruh Guru
            Guru merupakan aspek penting dalam persekolahan yang bisa mempengaruhi perkembangan secara langsung melalui pola penghargaan dan hukuman dalam merespon jenis tingkah laku murid yang berbeda-beda. Cara guru berdiskusi juga mempengaruhi tingkah laku murid. Guru dapat menetapkan iklim yang dapat membantu sikap dan tingkah laku tertentu serta menekan yang lainnya. Pertama-tama motivasi belajar, bahwa belajar adalah aktivitas yang berharga, konsep di sekolah sebagai instruksi  yang dapat menolong. Kedua, faktor-faktor kognitif sekarang sudah dikembangkan dengan pesat pada waktu anak-anak masuk sekolah. Namun, dalam system pendidikan sekarang aspek bukan kognitif tidak banyak dimodifikasi oleh pengalaman di sekolah dengan kata lain, sikap, motivasi dan aspek yang menjadi sumber utama perbedaan prestasi murid diperoleh dari luar sekolah.









BAB II
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpukan bahwa salah satu implikasi pendidikan seumur hidup ialah peranan dan keterampilan guru diharapkan berubah dan ide tentang siapa yang disebut guru itu akan diperluas. Pelajar seumur hidup dapat dilihat secara kejiwaan dalam segi intelektual, kognitif dan motivasi/sosio efektif. Dalam sistem pendidikan sekarang, sikap, motivasi dan aspek yang menjadi sumber utama perbedaan prestasi murid diperoleh dari luar sekolah.
B.     Saran
Pelajar seumur hidup diharapkan untuk melihat diri mereka sendiri sebagai pelajar seumur hidup secara vertical, dan juga dalam hubungannya dengan bermacam segi kehidupan secara horizontal. Selain itu, sekolah, keluarga dan masyarakat diharapkan mampu memberikan wadah atau kesempatan bagi anak untuk dapat mengembangkan keterampilan kognitif.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tulis Komentar dengan Bahasa yang Sopan :) Kata-katamu adalah cerminan Dirimu

Kontak

UPT Pusat Humas Gedung H Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Phone : (024) 8508093 Email : humas@mail.unnes.ac.id