BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Berpikir ?
2. Bagaimana Proses Berpikir ?
3. Apa Konsep atau Pengertian dari Berpikir ?
4. Bagaimana Cara Memperoleh Konsep atau Pengertian dari Berpikir ?
5. Apa itu Problem Solving ?
6. Thorndike vs Kohler ?
7. Bagaimana Cara Penarikan Kesimpulan ?
8. Apa itu Berpikir Kreatif ?
9. Apa Saja Tingkatan – Tingkatan dalam Berpikir Kreatif ?
10. Bagaimana Sifat – Sifat Orang yang Berpikir Kreatif ?
11. Apa Hambatan dalam Berpikir Kreatif ?
C. Tujuan Penulisan :
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian dari Berpikir
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Berpikir ?
3. Untuk Mengetahui Apa Konsep atau Pengertian dari Berpikir
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Memperoleh Konsep dari Berpikir
5. Untuk Mengetahui Apa itu Problem Solving
6. Untuk Mengetahui Thorndike vs Kohler
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penarikan Kesimpulan
8. Untuk Mengetahui Apa itu Berpikir Kreatif
9. Untuk Mengetahui Apa Saja Tingkatan – Tingkatan dalam Berpikir Kreatif
10. Untuk Mengetahui Bagaimana Sifat – Sifat Orang yang Berpikir Kreatif
11. Untuk Mengetahui Apa Hambatan dalam Berpikir Kreatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berpikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko.
Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
B. Proses Berpikir
Simbol-simbol yang di gunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata – kata atau bahasa (language), karena itu sering di kemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa manusia dapat menciptakan ratusan , ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir begitu sempurna apabila di bandingkan dengan makhluk lain. Namun bahasa bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir,sebab masih ada lagi yang dapat di gunakan dalam proses berpikir yaitu bayangan atau gambaran (image). Bayangkan bahwa Anda ada di suatu tempat di sudut kota misalnya di Bulaksumur , dan Anda diminta datang di Kraton. Dalam kaitan ini Anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta, khususnya yang berkaitan dengan Bulaksumur dan kraton., dan menentukan jalan – jalan mana saja yang akan di tempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai di Kraton. Jadi di sini Anda mengginakan gambaran atau bayangan (image) yang merupakan visual map atau jga disebut sebagai cognitive map yang memberikan gambaran tentang keadaan yang di hadapi. Gambaran yang kita dapatkan itu perlahan akan dapat di klasifikasikan. Namun hal terbesar dalam proses berpikir ialah bahasa , karena bahasa biasa di gunakan seseorang untuk mengeluarkan hasil pemikirannya.
C. Konsep Atau Pengertian
Pengertian atau konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sesuatu objek atau kejadian. Misalnya pengertian manusia , merah , segitiga, belajar dan sebagainya. Dengan kemampaun manusia membentuk konsep atau pengertian memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda – benda atau kejadian – kejadian. Misalnya manusia dapat menggolongkan yang merah dan yang bukan merah , dapat menggolonhgkan manusia dan bukan manusia , demikisn juga yang lainnya. Karena itu konsep atau pengertian merupakan alat yang baik atau tepat dalam berpikir.
Dalam pengertian atau konsep didapati ada beberapa macam konsep yaitu :
1. Konsep – konsep atau pengertian yang sederhana (simple concept)
2. Konsep –konsep yang kompleks
3. Konsep konjungtif
4. Konsep disjungtif
5. Konsep relational
D. Cara Memperoleh Konsep Atau Pengertian
Untuk memperoleh konsep atau pengertian ada beberapa macam cara , yaitu dengan cara tidak sengaja dan dengan sengaja. Pengertian yang di peroleh dengan tidak sengaja , ini sering di sebut pengertian pengalaman . pengertian yang di peroleh dengan sengaja , yaitu usaha dengan sengaja untuk memperoleh pengertian atau konsep yang kadang – kadang di sebut sebagai pengertian ilmiah. Maka pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran.
Prosedur memperolehnya berbeda dengan prosedur pada pengertian yang tidak di sengaja. Prosedurnya melalui beberapa tingkatan (missal untuk mendapat pengertian atau konsep mengenai gas).
1. Tingkatan Analisis , yaitu tingkatan atau taraf orang mengadakan analisis terhadap bermacam – macam gas , dan masing – masing gas diteliti sifat – sifatnya , dan sifat itu di catat secara seksama.
2. Tingkat mengadakan komperasi , yaitu tingkat yang mengkomperasikan sifat – sifat yang di peroleh satu dengan yang lain, di cari sifat yang umum dan sifat yang khususnya.
3. Tingkat abstraksi, yaitu tingkat menyatukan sifat – sifat yang sama dan menyampingkan sifat-sifat yang tidak sama.
4. Tingkat menyimpulkan, yaitu tingkat menarik kesimpulan setelah mengadakan abstraksi dan memberikan pengertian atau konsep bahwa “gas ituu benda yang selalu memenuhi tempatnya.”
E. Problem Solving
Problem itu timbul apabila ada perbedaanatau konflik antara keadaan satu dngan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan atau juga disebut apabila ada jesenjangan antara das sein dan das sollen. Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu ada kaidah atau aturan (rules) yang akan membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. Aturan ini akan memberikan petunjuk untuk pemecahan masalah. Ada banyak aturan atau kaidah dalam pemecahan masalah. Ada dua hal yang pokok , yaitu aturan algoritma dan horistik.
Algoritma merupakan suatu perangkat aturan , dan apabila aturan ini di ikuti dengan benar maka akan ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya.misalnya apabila seseorang harus mengalikan dua bilangan, maka apabila orang yang bersangkutan mengikuti aturan dalam hal perkaliandengan benar maka akan adanya jaminan oaring tersebut memperoleh hasil terhadap pemecahan masalahnya.
Strategi umum horistik dalam menghadapi masalah , yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau di pecah pecah menjadi masalah – maslah yang lebih kecil , masing – masing mengarah pada atau mendekati pemecahannya.
F. Thorndike Vs Kohler
Thorndike mengadakan eksperiman dengan kucing yang di laparkan di taruh dalam sangkar yang tertutup , makanan di letakkan di luar sangkar , dan pitu dapat terbuka apabila krendel yang berhubungan dengan pitu itu di tarik atau tertarik. Eksperiman pertama , kucing berbuat sedemikan rupa , lari-lari , menggaruk-garuk dan sebagainya,hingga pada suatu waktu kucing menyentuh tali yang berhubungan dengan Grendel hingga pintu dapat terbuka ,dan kucing keluar menuju makanan yang ada di luar kandang atau sangkar. Percobaab dilakukan berkali-kali , dan tenyata makin lama makin berkurang waktu yang di gunakan kucing untuk keluar dari kandang untuk memperoleh makanan. Dari eksperimen ini Thorndike menarik kesimpulan bahwa dalam memecahkan problem yang di hadapi oleh kucing tersebut dengan cara coba – salah ( trial nd error). Adanya latihan mempercepat dalam pemecahan masalah.
Kohler mengadakan eksperiman dengan menggunakan simpase . model eksperimannya seperti Thorndike , yaitu dengan cara simpase dilaparkan di taruh dalam kandang,dan diluar kandang di taruh makanan yang tidak dapat diambil dengan tangan saja , tetapi akan dapat diambil apabila simpase menggunakan tongkat(stick) yang disediakan oleh Kohler dalam kandang. Setelah beberapa kali simpase mencoba mengambil makanan dengan tangan tidak bisa tetapi setelah simpase mengambil tongkat dan dengan tongkat tersebut simpase mengambil pisang dan ternyata dapat. Dari percobaan tersebut Kohler sampai pada kesimpulan bahwa dalam problem solving yang berperan adalah insight bukan coba – salah , sekalipun Kohler juga mengakui bahwa adanya coba – salah dalam eksperimennya khususnya yaitu dalam presolution , namun yang terpenting adalah insight atau pengertian.
Menurut Kohler dalam eksperimen dengan menggunakan peti – peti yang harus di tata oleh simpase dalam rangka pencapaian makanan , ada dua problem yang di hadapi oleh simpase, yaitu : 1. Problem geometric (geometrical problem) ini mencakup problem kuantitas dan problem bentuk (form). 2. Problem static (statical problem).
Menurut Kohler problem geometric di pecahkan dengan secara insight,sedangkan problem static dipecahkan secara trial and error.(Woodworth,1951)
Pemecahan masalah dengan insight itu mempunyai beberapa ciri, yaitu : 1. Pemecahan masalah di peroleh dengan tiba-tiba, 2. Apa yang telah di pelajari itu dapat diterapkan dalam problem yang mirip,adanya transfer positif (Morgan,1984), 3. Pada umumnya sedikit mengalami kesalahan(free from errors), dan 4. Dapat bertahan lama (Hergenhanh,1976).
Bagaimana perbedaan proses pemecahan masalah antara eksperimen Thorndike dan Kohler. Pada eksperimen Thorndike dalam proses menuju pemecahan masalah adanya kemajuan yang berlangsung secara gradual , yaitu kemajuan secara berangsur-angsur yang menunjukkan dalam pemecahan masalah makin lama makin cepat. Pada eksperimen Kohler terdapat adanya penukikan yang tajam dari keadaan pencarian pemecahan masalah ke di perolehnya pemecahaan masalah.
G. Cara Penarikan Kesimpulan
Tujuan berpikir adalah untuk mencari pemecahan masalah yang di hadapi. Dalam penarikan kesimpulan orang dapat menempuh bemacam- macam cara, yaitu:
1. Kesimpulan ynag ditarik atas dasa analogi.
Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar kesamaan dari suatu peristiwa atau keadaan dengan peristiwa atau keadaan yang lain.
Dilihat dari jalannya berpikir ,kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus.
2. Kesimpulan yang ditarik atas dasar induktif.
Kesimpulan yang ditarik atas dasar induktif , yaitu kesimpulan yang ditarik dari peristiwa yang menuju ke hal yang bersifat umm,atau dari hal – hal yang khusus menuju ke hal yang bersifat umum.
3. Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduktif.
Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduktif, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar dari hal umum ke hal yang bersifat khusus atau peristiwa.
Salah satu bentuk penarikan kesimpulan secara deduktif ialah dengan silogisme. Penarikan kesimpulan dengan silogisme merupakn penarikan kesimpulan yangvtidak langsung, artinya menggunakan perantara. Pada silogisme didapati adanya tiga pendapat, yaitu 1. Pendapat pertama yang mengandung pengertian umum yang disebut premis mayor, 2. Pendapat kedua yang mengandung pengertian khusus yang disebut premis minor, dan 3. Pendapat ketiga yaitu merupakan kesimpulan.Menarik kesimpulan dengan silogisme dapat mengalami kesalahan karena apabila premisnya salah maka kesimpulannya juga salah. Kesalahan dalam silogisme dapat 1. Kesalah formal, yaitu kesimpulan dalam bentuk, dalam segi urut-urutannya,dalam segi konstruksinya. 2. Kesalah material, yaitu kesalahan mengenai isi atau materinya.
H. Berpikir Kreatif
Inti dari berpikir adalah menemukan problem solving. Namun dalam maslah berpikir orang akan dapat menemukan sesuatu yang baru,yang sebelumnya mungkin belum terdapat. Hal ini dapat di jumpai dalam diri seseorang penulis cerita , ataupun pada seorang ilmuwan. Dengan berpikir kreatif orang menciptakan sesuatu yang baru , timbul atau munculnya hal baru tersebut secara tiba – tiba ini berkaitan dengn insight. Sebenarnya apa yang telah dipikirkan itu telah berlangsung , namun belum memperoleh sesuatu pemecahan, dan masalah itu tidak hilang sama sekali , tetapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang pada suatu waktu memperoleh pemecahannya.
I. Tingkatan – Tingkatan dalam Berpikir Kreatif
Dalam berpikir kreatif ada beberapa tingkatan atau stages sam[ai seseoarang memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatan – tingkatan itu adalah :
1. Persiapan (preparation).,yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah,dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang di pandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru.
2. Tingkat inkubasi,yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseoarang,karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3. Tingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah , orang secara tiba-tiba memperoleh pemecahan masalah tersebut.
4. Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang di peroleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak.
5. Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang di perolehnya.
J. Sifat – Sifat Orang yang Berpikir Kretif
Orang yang berpikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya memperoleh original person, yaitu :
1. Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks.
2. Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas.
3. Dalam judgment-nya lebih mandiri.
4. Dominan dan lebih besar pertahanan diri.
5. Menolak suppression sebagai mekanisme control.
K. Hambatan dalam Proses Berpikir
Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah,sering seseorang menghadapi hambatan – hambatan dalam proses berpikirnya. Misalnya memecahkan masalah 6x7 akan jauh lebih mudah apabila di bandingkan dengan memecahkan masalah statistika. Hambatan – hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena :
a. Data yang kurang sempurna , sehingga masih banyak lagi yang harus di peroleh.
b. Data yang ada dalam keadaan confuse,data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Simbol-simbol yang di gunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata – kata atau bahasa (language), karena itu sering di kemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang erat.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran bagi masyarakat sehingga manusia bisa mempergunakan akal fikiran yang sudah dianugrahkan dengan sebaik baiknya agar bisa menghasilkan kreativita kreativitas yang luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
http://ayyundud.blogspot.co.uk/2012/04/makalah-psikologi-umum-berpikir.html
Walgito, Bimo, 2005. Pengantar Psikologi Umum.C.V andi offset : Yogyakarta
Rabu, 24 Desember 2014
Berpikir
Rabu, Desember 24, 2014
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Manajemen
Mahasiswa
Fasilitas
Kontak
UPT Pusat Humas
Gedung H Lantai 2
Kampus Sekaran Gunungpati
Semarang
Phone : (024) 8508093
Email : humas@mail.unnes.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tulis Komentar dengan Bahasa yang Sopan :) Kata-katamu adalah cerminan Dirimu